BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah
Republik Bolivia mengambarkan mulai dari sebelum kedatangan Columbus sampai
penjajahan Spanyol. Masa sebelum kedatangan Columbus Bolivia telah dihuni
penduduk Indian sekitar 600 SM yaitu adanya imperium Tiahuanacan. Namun
imperium Tiahunacan, seperti halnya dengan suku Maya telah runtuh dan
menghilang secara tiba-tiba yang menyimpan misteri sampai saat ini. Dengan
runtuhnya imperium Tiahunacan, muncul etnis-etnis besar di daerah sekitar
Pegunungan Andes. Kelompok etnis besar tersebut adalah Aymara, Quechua, dan
Inca. Suku Inca merupakan suku yang kuat dan wilayah kekuasaannya sampai
ke Ekuador, Bolivia, Argentina dan Chili.
Setelah kedatangan bangsa Spanyol suku Inca berhasil
ditaklukan dan wilayah Bolivia menjadi koloni Spanyol. Selain itu, Spanyol juga meninggalkan jejak dalam bidang ekonomi,
sosial dan politik. Selama 300 tahun pemerintahan kolonial Spanyol eksploitasi
kekayaan mineral di wilayah Bolivia, yang merupakan tulang punggung ekonomi
Bolivia. Dalam eksploitasi kolonial Spanyol menggunakan tenaga kerja paksa suku
Indian di Bolivia, hasil kekayaan mineral berupa perak, timah dan barang
tambang lainnya di ekspor ke negara Spanyol. Salah satu wilayah Bolivia yaitu
di Potosi merupakan penghasil perak terbesar di dunia Barat. Dengan demikian
Spanyol telah memgunakan sistem merkantilise di daerah koloninya.
Setelah mengalami penjajahan Spanyol dan Portugal
selama tiga abad, maka timbul hasrat rakyat daerah-daerah jajahan tersebut
untuk merdeka. Namun perjuangan kemerdekaan bangsa-bangsa Amerika Latin tidak
berlangsung secara serentak, akan tetapi secara masing-masing setiap daerah
jajahan.
Pada umumnya hasrat
untuk meretakan belenggu penjajahan asing dipengaruhi dua faktor penyebab
yaitu intern dan ekstern. Faktor
internnya berasal dari sistem kolonialisme sendiri. Dalam sistem ini rakyat
daerah jajahan diperlakuan secara tidak adil, diperas, demi kepentingan sistem
merkantilisme ekonomi, rakyat harus bekerja keras, pajak dipungut terlalu
tinggi, hak-hak asasi diinjak-injak, dan rakyat dibiarkan tidak terdidik. Sistem
kolonialisme dilaksanakan melalui tiga unsur kekuasaan bersama, yaitu negara, yang diwakili oleh para pejabat
administrasi kolonial, gereja yang
diwakili oleh pendeta khatolik, dan tentara,
yang pada umumnya terdiri dari para petualang fisik.
Sedangkan
faktor ekstern berasal dari luar sistem kolonialisme sendiri. Komunikasi rakyat
daerah jajahan, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan dunia luar
merupakan inspirasi yang terbesar bagi tumbuhnya gagasan-gagasan baru dalam menemukan cara-cara memperjuangkan
kemerdekaan. Adanya kesempatan kecil bagi beberapa gelintir rakyat golongan
kaya untuk mengenyam pendidikan di luar negeri, dan timbulnya kejadian-kejadian
di dunia yang bersifat humanistis dan revolusioner, seperti Revolusi Amerika, Revolusi Perancis,
Revolusi Inggris dan Kejadian-Kejadian di Inggris serta Penyerbuan Napoleon,
sangat mempengaruhi cara berpikir dan perjuangan rakyat-rakyat Amerika Latin
yang terjajah. Seperti halnya dengan Bolivia yang menjadi daerah koloni Spanyol. Pertambangan perak di Bolivia
memberi konstribusi bagi keuangan Spanyol, dan bangsa Spanyol mempekerjakan
rakyat Bolivia sebagai budak untuk bekerja di pertambangan.
Negara Bolivia dahulunya bernama Peru
Atas ( Upper Peru), rakyat Bolivia memberontak pada tahun 1808, 1810, dan 1815
namun mengalami kegagalan. Seorang bangsawan militer yaitu Simon Boliviar,
mengirimkan dua ekspedisi pada tahun 18822-1823, akan tetapi baru berhasil
setelah Pertempuran Junin. Pada tanggal 5 Januari 1825, Boliviar mengumumkan kemerdekaan
dari Spanyol di La Paz. Pasukan terakhir Spanyol menyerah tanggal 1 April.
Kemudian Boliviar diangkat sebagai ” bapak Peru Atas”, yang pada tanggal 25
Agustus negara ini mengubah namannya Bolivia,
sebagai penghargaan jasa-jasa “Libertador”. ( Hidayat Mukmin 1981:35).
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi
permasalahan dalam pembuatan makalah ini
adalah “Bagaimanakan Sejarah kemerdekaan Negara Bolivia?”. Dengan sub masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana
kondisi geografis negara Bolivia?
2. Bagaimana
keadaan penduduk Bolivia?
3. Bagaimana
keadaan ekonomi negara Bolivia?
4. Bagaimana
sejarah negara Bolivia?
5. Bagaimana
upaya perjuangan kemerdekaan rakyat Bolivia?
C.
Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah untuk;
1.
Memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Sejarah Amerika Latin.
2.
Mengetahui tentang kondisi geografis,
penduduk, dan perjuangan kemerdekaan Bolivia.
3.
Memotivasi, mengembangkan serta
memperdalam lebih banyak lagi tentang materi Sejarah Amerika Latin, khususnya
negara Bolivia.
D.
Manfaat
Adapun manfaat dalam
pembuatan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam
mempelajari mata kuliah Sejarah Amerika Latin, khususnya tentang negara
Bolivia. Selain itu juga dapat memberi konstribusi kepada mahasiswa dan para
pembaca untuk mengkaji lebih dalam lagi tentang sejarah kemerdekaan Bolivia
agar termotivasi dan mengembangkan kreatifitas berpikir kritis dalam menghadapi
perkembangan sejarah dunia serta tetap mengembangkan rasa nasionalisme dan
patriotisme.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Kondisi
Geografis Bolivia
Republik Bolivia
adalah sebuah negara di Amerika
Selatan yang
berbatasan dengan Brasil di sebelah utara dan timur, sedangkan bagian selatan
berbatasan dengan Paraguay dan Argentina, serta bagian barat berbatasan dengan Chili dan Peru. Di antara negara-negara di Amerika
Selatan, wilayah Bolivia merupakan negara yang tertinggi dan terpencil. Negara
ini adalah salah satu penghasil koka dan timah
terbesar di dunia. Luas wilayah
Bolivia sekitar 424.135 mil² (1.098.581 km². Dengan demikian Bolivia adalah negara terbesar ke-28
(setelah Ethiopia). Ukurannya sama seperti Mauritania.
Peta
Bolivia
Bolivia adalah
salah satu anggota Komunitas Negara Andes (Comunidad Andina de Naciones), yang bergabung
dengan negara lainnya seperti Kolombia, Ekuador, Peru, dan Venezuela (dalam proses keluar). Pada tahun 1996, ditandatangani Pacto Andino Grupo Andino. Komunitas
Negara Andes adalah organisasi regional
yang bergerak di bidang ekonomi dan politik yang dibentuk pada tanggal 26 Mei 1969. Markasnya berada
di Lima, Peru.
Bolivia adalah negara pedalaman, yang berarti setiap
perbatasan Bolivia adalah perbatasan dengan negara lain, sehingga tidak
memiliki laut. Dahulu Bolivia memiliki pesisir di Samudra Pasifik, namun hilang
pada tahun 1979 akibat Perang Pasifik.
Bagian barat Bolivia adalah jajaran pegunungan Andes. Pegunungan tertinggi di Bolivia disebut Nevado Del Sajama
dan terdapat kota Oruro. Meskipun bagian negara sangat tinggi yang berupa
daerah pegunungan, akan tetapi terdapat bagian wilayah yang datar, dan bagian
negara yang hampir mendekati permukaan laut. Selain itu juga ada bagian wilayah Bolivia yang tertutup
oleh hutan hujan Amazon, dan danau besar yang merupakan danau tertinggi
di dunia, yaitu Danau Titicaca. Ada
beberapa pusat kota utama di Bolivia yakni; La Paz, Santa Cruz de la Sierra dan Cochabamba. (http://id.wikipedia.org/wiki/Sim%C3%B3n_Bol%C3%ADvar)
B. Keadaan Penduduk Bolivia
Sebaran etnis di Bolivia diperkirakan 30% Amerindian
berbahasa Quechua dan 25% Amerindian berbahasa Aymara. Sebagian besar penduduk asli Bolivia adalah orang
Quechua (2,5
juta), Aymara (2 juta), kemudian Chiquitano
(180.000), dan Guarani (125.000). Sisanya 30% adalah Mestizo (campuran Eropa dan Amerindian),
dan sekitar 15% orang berkulit
putih. Penduduk
kulit putih terbesar adalah criollo, yang terdiri atas keluarga
keturunan asli Spanyol. Kelompok kecil lainnya yang menghuni negara Bolivia
diantaranya adalah orang Jerman yang mendirikan maskapai
penerbangan nasional Lloyd Aereo Boliviano, orang Italia, Amerika, Basque, Kroasia, Rusia, Polandia, dan penduduk yang lainnya. Perlu diketahui bahwa masyarakat
Afro-Bolivia yang berjumlah lebih dari 0,5%,
penduduknya terdiri dari orang
Afrika yang diangkut ke Brazil untuk bekerja dan kemudian pindah ke arah
selatan (Bolivia). Mereka sebagian besar dipusatkan di kawasan Yungas (provinsi Nor
Yungas dan Sud
Yungas) di departemen of La Paz, sekitar 3 jam dari kota La Paz. Ada juga orang Jepang dan Timur Tengah yang sebagian besar mendiami Santa Cruz de la Sierra, hidup dari perdagangan.
Bolivia
adalah salah satu negara yang kurang berkembang di Amerika Selatan. Hampir dua
pertiga penduduknya, sebagian besar petani subsisten, hidup dalam kemiskinan.
Kepadatan penduduk berkisar dari kurang dari 1 jiwa/km persegi di dataran
tenggara hingga sekitar 10 jiwa/km persegi (25 per mi2) di tengah dataran tinggi. Sejak 2006, penduduknya
bertambah sekitar 1,45% per tahun. La Paz adalah ibukota tertinggi di dunia pada 3.600 m
(11.800 kaki.) di atas permukaan
laut. Kota yang berdekatan adalah El
Alto, pada 4.200 m (13.800 kaki)
dpl, merupakan salah satu kota yang paling cepat berkembang di Belahan Barat. Santa Cruz sebagai pusat perdagangan dan
industri di dataran rendah bagian timur, juga sedang mengalami pertambahan
penduduk dan perkembangan ekonomi.
Mayoritas
agama Bolivia adalah Katolik Roma sebagai agama resmi, namun agama Protestan juga berkembang pesat. Sedangkan pemeluk agama Islam yang dibawa oleh keturunan Timur Tengah
sangat sedikit. Selain itu juga terdapat komunitas Yahudi kecil yang hampir semuanya berasal
dari Ashkenazi. Lebih dari 1% orang
Bolivia mempraktekkan kepercayaan Baha’i. Ada pula koloni orang
Mennonit di departemen Santa Cruz. Sekitar 80% penduduknya berbahasa
Spanyol sebagai bahasa
ibu, dan sisanya berbahasa Aymara dan
Quechua. Tingkat melek huruf rendah khususnya didaerah-daerah pinggiran kota. Namun
menurut CIA tingkat melek huruf di negara Bolivia 87% yang lebih besar daripada
tingkat melek huruf di Brazil atau negeri-negeri Timur Tengah lainnya.
Perkembangan budaya Bolivia masa kini terbagi atas 3 periode berbeda yaitu
periode pra-Columbus, kolonial, dan republik. Reruntuhan arkeologi, ornamen emas dan perak, monumen
batu, keramik, dan tenunan tetap dari beberapa budaya
pra-Columbus yang penting. Reruntuhan utama termasuk Tiahuanacan, Samaipata, Incallajta, dan Iskanawaya.
Bangsa
Spanyol membawa kebudayaan, seni, dan agamanya sendiri yang dikembangkan oleh penduduk
asli dan keturunan mestizo, kemudian berkembang menjadi gaya arsitektur, lukisan, dan pahatan yang kaya dan istimewa yang dikenal sebagai "Mestizo
Baroque". Masa kolonial tak hanya memproduksi lukisan Perez
de Holguin, Flores,
Bitti, dan lain-lain, namun juga
terdapat beberapa karya lain seperti pemahat
batu, pemahat
kayu, perajin
emas, dan pengrajin
perak terlatih
namun karya mereka kurang dikenal. Sebuah alat musik barok keagamaan asli dari
masa kolonial ditemukan di tahun-tahun terkini dan telah dipertunjukkan di
kancah internasional dan mendapat pengakuan sejak 1994.
C. Keadaan Ekonomi
Bolivia tetap menjadi negara
termiskin di Amerika Selatan setelah Guyana. Hal ini berkaitan dengan tingginya korupsi dan
peran imperialisme kekuatan asing di negeri itu sejak koloniasasi. Negeri ini
kaya akan sumber daya alam, sehingga dijuluki "keledai yang duduk di atas tambang emas". Lepas dari pertambangannya yang terkenal, yang ditemukan oleh bangsa Inka dan kemudian dieksploitasi oleh bangsa Spanyol, Bolivia
memiliki ladang
gas alam terbesar
ke-2 di Amerika Selatan setelah Venezuela. Selain itu wilayah El
Mutun di departemen Santa Cruz terdapat 70% besi dan magnesium dunia. PDB Bolivia pada 2002
berjumlah 7,9 miliar dolar AS. Perkembangan ekonomi sekitar 2,5%
setahun dan inflasi diperkirakan antara 3% dan 4% pada 2002 (di bawah 1% pada
2001).
Keadaan
ekonomi terkini Bolivia yang kurang maju dapat dihubungkan dengan beberapa
faktor dari 2 dasawarsa terakhir. Faktor utama yang mempengaruhi ekonomi
Bolivia adalah turunnya harga perak
secara drastis pada awal 1980-an yang berdampak pada sumber pendapatan utama
Bolivia satu diantaranya yaitu industri pertambangan. Faktor kedua yang mempengaruhi perekonomian Bolivia muncul
pada akhir Perang Dingin di akhir tahun 1980-an dan awal tahun 1990-an karena
bantuan ekonomi ditarik oleh negara-negara barat yang sebelumnya telah mencoba
menjaga rezim pasar bebas melalui bantuan keuangan. Faktor ekonomi ketiga
berasal dari penghapusan panen koka yang didukung AS, karena 80% koka
dimanfaatkan untuk produksi kokain dunia. Dengan adanya pengurangan penanaman
koka mengakibatkan perekonomian Bolivia merosot, khususnya kelas petani.
Sejak tahun 1985, Pemerintah Bolivia
telah mewujudkan program jangka panjang atas stabilisasi makroekonomi dan
reformasi struktural yang ditujukan untuk memelihara kestabilan harga, menciptakan
keadaan perkembangan terus menerus, dan mengurangi kelangkaan. Perbaikan
layanan bea cukai di tahun-tahun terkini telah meningkatkan keterbukaan di
wilayah ini. Perubahan struktural terpenting dalam ekonomi Bolivia telah
melibatkan kapitalisasi sejumlah perusahaan sektor publik. Kapitalisasi yang
dimaksud adalah bentuk swastanisasi di mana investor mendapat saham 50% dan
kendali manajemen perusahaan umum dengan menyetujui investasi langsung ke
perusahaan selama beberapa tahun tanpa harus membayar tunai ke pemerintah.
Reformasi legislatif paralel telah
menutup kebijakan pasar bebas, khususnya sektor hidrokarbon dan telekomunikasi, yang
telah mendorong investasi swasta. Investor asing dilampirkan dalam laporan
nasional, dan keberadaan perusahaan asing tidak dibatasi di Bolivia. Program
kapitalisasi telah berhasil dalam mendorong investasi asing secara besar-besaran
di Bolivia ($1,7 miliar dalam saham selama 1996-2002), arus investasi tersebut
telah surut di tahun-tahun terkini karena investor menyelesaikan kewajiban
kontrak kapitalisasinya.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Sim%C3%B3n_Bol%C3%ADvar)
D.
Sejarah
Bolivia
Dataran tinggi Bolivia, telah dihuni
selama 21.000
tahun yang lalu, yang merupakan bagian dari budaya Indian Amerika Selatan
sebelum kedatangan orang-orang Spanyol. Pada 600 SM, kerajaan Indian pertama
yaitu Tiahuanacan, muncul di dataran tinggi diantara pegunungan, yang dikenal
sebagai Altiplano. Imperium ini, terpusat dibagian tenggara Danau Titicaca dan terdapat
pusat-pusat perkotaan di sekitar danau tersebut. Tiahuanacan merupakan pusat
perdagangan dan agama, dan dampak budaya yang tersebar luas melampaui
batas-batas Bolivia saat ini. Runtuhnya imperium Tiahuanacan tidak diketahui,
namun dengan keruntuhan pengaruh Tiahuanacan mengakibatkan munculnya kerajaan Aymara
yaitu etnis paling kuat yang terletak di daerah padat penduduk sekitar Danau
Titicaca. Aymara, terdiri dari etnis yang kejam dan buas. Mereka tinggal di
kota-kota berbenteng di puncak bukit, memiliki kemampuan luar biasa untuk
beradaptasi dengan kondisi iklim yang unik di wilayah ini dan mereka meningkatkan
suplai makanan melalui irigasi serta proses pembekuan dan pengeringan tanaman.

Aymara mendominasi Uru, yang
merupakan kelompok etnis terbesar di Andes selatan sebelum kedatangan Columbus.
Namun Aymara gagal melakukan ekspensi ke Cuzco (Peru sekarang) yang dihuni oleh
etnis ketiga terbesar yaitu Quechua yang juga muncul setelah runtuhnya imperium
Tiahuanacan. Awal abad ke- 15, Quechua, yang kemudian dikenal sebagai Inca merupakan
kelompok yang paling kuat di dataran tinggi utara. Sedangkan kerajaan Aymara di
selatan menjadi lemah sehingga pada pertengahan abad ke- 15, suku Inca berhasil
menaklukan suku Aymara.
Dataran tinggi Bolivia dikenal
sebagai Kollasuyo, sebuah wilayah padat penduduk dengan kekayaan ekonomi dan
mineral besar dan merupakan salah satu dari empat unit administratif Kerajaan
Inca. Pejabat tertinggi Kollasuyo bertanggung jawab hanya kepada Inca (raja)
dan diawasi sekelompok gubernur provinsi, yang anggota juga terdiri dari
bangsawan Aymara. Meskipun tujuan mereka membentuk pemerintahan yang terpusat, namun
Inca tidak mengubah dasar organisasi kerajaan Aymara yang tetap relatif otonom.
Bangsa Aymara juga mampu mempertahankan budaya, agama lokal, dan bahasa mereka.
Pada tahun 1470, suku Aymara memberontak melawan kekuasaan Inca. Namun
pemberontakan itu tidak berhasil. Akibat dari pemberontakan tersebut suku Inca mengirim
koloni suku Quechua ke wilayah Aymara, terutama ke lembah-lembah bagian selatan
dan tengah (Cochabamba dan Sucre sekarang). Pada awal abad ke- 16, suku Inca
telah berkuasa sepenuhnya atas Kollasuyo. Pada tahun 1524 Francisco Pizarro, Diego de Almagro, dan
Hernando de Luque melakukan perlayaran pertama ke wilayah selatan disepanjang
pantai Pantai Pasifik dari Panama untuk mengkonfirmasi keberadaan legendaris
dari tanah emas yang disebut “Biru” atas nama bangsa Spanyol. Namun setelah
raja Huayna Capac meninggal pada tahun 1527, kerajaan Inca mulai melemah karena
faktor intern yaitu adanya perebutan kekuasaan antara Huascar dan Atahualpa (anak
Huayna Capac) yang mengakibatkan perang saudara. Perang tersebut dimenangkan
oleh Atahualpa yang dibantu oleh Spanyol dibawah pimpinan Pizzaro. Namun pada
akhirnya, Spanyol berhasil menaklukan kerajaan Inca. (http://translate.googleusercontent.com/translate).
Terkenal sejak masa kolonial Spanyol
untuk kekayaan mineral, Bolivia modern pernah menjadi bagian dari kerajaan Inca
kuno. Setelah Spanyol mengalahkan Inca pada abad ke-16, mayoritas penduduk
Bolivia Indian dikurangi dari perbudakan dan dideportasi ke daerah terpencil
disekitar pegunungan Andes untuk melindungi Indian Bolivia dari penyakit Eropa yang
menghancurkan Indian Amerika Selatan lainnya. Namun keberadaan kelompok adat
besar dipaksa untuk hidup di bawah kekuasaan penjajah. Mereka menciptakan
sebuah masyarakat berlapis, yaitu kaya dan miskin yang berlanjut sampai saat
ini.
Pada akhir abad ke-17, kekayaan
mineral sudah mulai mengering. Tanggal 5 Januari 1825, Bolivia
mencapai kemerdekaan dari tangan Spanyol dan hari ini disebut sebagai hari
nasional. Penjajahan Spanyol atas Bolivia bermula sejak abad ke 16 dengan
merompak kekayaan pertambangan negara ini. Pada era penjajahan Spanyol terhadap
Bolivia, banyak kebangkitan dan gerakan yang dipimpin oleh Simon Bolivar
seorang aktivis terkenal Amerika Selatan. Revolusi ini bermula pada tahun 1809
dan berkembang secara gradual ke seluruh negara dan berakhir dengan
kemerdekaan. Untuk mengenang jasa perjuangan dan pengorbanan Simon Bolivar
dalam mencapai kemerdekaan maka negara ini diberi nama Bolivia. Bolivia
mempunyai luas wilayah 1,1 juta km persegi yang terletak di barat Amerika Selatan
dan bertetangga dengan Peru, Chili, Argentina dan Brazil.
E. Perjuangan
Kemerdekaan Bolivia
Invasi dari Semenanjung Iberia pada 1807-1808 oleh
pasukan Napoleon terbukti penting bagi perjuangan kemerdekaan di Amerika
Selatan. Penggulingan Dinasti Bourbon dan penempatan Joseph Bonaparte di atas
takhta Spanyol menguji loyalitas elit lokal di Peru Atas, namun ada beberapa
pertentangan dari kaum otoritas yang mendukung Junta Tengah (Central Junta) di
Spanyol. Akibatnya kekuasaan Ferdinand VII dapat digulingkan. Beberapa kaum
liberal penuh semangat menyambut reformasi pemerintahan kolonial yang
dijanjikan oleh Joseph Bonaparte. Sedangkan kaum radikal menginginkan kemerdekaan untuk
Peru Atas (Bolivia).
Konflik otoritas ini mengakibatkan perebutan
kekuasaan lokal di Peru Atas antara 1808 dan 1810 dan merupakan tahap pertama
dari upaya untuk mencapai kemerdekaan. Pada tahun 1808, Ramon Garcia Leon de
Pizarro (kaum konserfatif), menuntut keadilan dengan Junta Pusat. Pada tanggal
25 Mei 1809, ketegangan tumbuh ketika
criollos radikal juga menolak untuk mengakui junta karena mereka menginginkan
kemerdekaan, dengan melakukan aksi turun ke jalan. Pemberontakan ini merupakan
pemberontakan yang pertama di Amerika Latin, yang di pelopori oleh kaum otoritas.
Pada tanggal 16 Juli 1809, kaum criollos ( keturunan
Eropa asli ) dan mestizo (campuran keturunan Eropa dan Indian) yang dipimpin
oleh Pedro Domingo Murillo melakukan pemberontakan di La Paz dan menyatakan
sebuah negara merdeka di Peru Atas yang mengatasnamakan Ferdinand VII. Loyalitas
terhadap Ferdinand digunakan sebagai taktik untuk melegitimasi gerakan
kemerdekaan.
Selama tujuh tahun berikutnya, Peru Atas menjadi
medan pertempuran bagi pasukan Republik Argentina dan pasukan royalis dari
Peru. Meskipun royalis mundur, namun gerilyawan menguasai sebagian besar daerah
pedesaan, mereka membentuk enam republiquetas besar, atau zona pemberontakan.
Di zona ini, patriotisme lokal yang akhirnya berkembang menjadi perjuangan
untuk kemerdekaan.
Pada tahun 1817 Peru
Atas relatif tenang dan di bawah kendali Lima. Setelah tahun 1820 Partai
Konservatif criollos didukung Pedro Antonio de Olaneta, penduduk asli Charcas,
yang tidak menerima langkah-langkah gubernur dari Spanyol untuk mendamaikan
koloni, setelah revolusi Partai Liberal di Spanyol. Olaneta berpendapat bahwa
tindakan tersebut mengancam otoritas kerajaan, sehingga Olaneta menolak untuk
bergabung dengan pasukan royalis atau tentara pemberontak di bawah komando Simon
Bolivar Palacio dan Antonio Jose de Sucre Alcala. Perjuangan
untuk kemerdekaan mendapatkan dorongan baru setelah 9 Desember 1824, dalam Pertempuran Ayacucho
dengan tentara gabungan yang berjumlah 5.700 orang yang terdiri atas Gran
Kolombia dan
Peru di bawah komando Antonio Jose de Sucre dapat mengalahkan tentara kaum royalis yang berjumlah 6.500 orang dan berhasil menangkap pemimpinnya, Jose
de la Serna.
Gabungan tentara Gran Kolombia dan Peru sudah membebaskan Ekuador dan Peru. Setelah Pertempuran Ayacucho, pasukan royalis
yang tersisa di bawah komando Antonio Pedro Olaneta, menyerah setelah Olaneta
meninggal di Tumusla pada tanggal 2 April 1825.
Pada
akhirnya
Peru berhasil dibebaskan oleh Boliviar dan Sucre dalam pertempuran Junin (6
Agustus 1824) dan pertempuran Ayacucho (9 Desember 1824). Ini merupakan
pertempuran terbesar yang terakhir melawan kekuasaan Spanyol di Amerika Latin.
Kemudian Bolivar mengumumkan kemerdekaan Peru Atas dari Spanyol pada tanggal 5
Januari 1825 di La Paz.
Simon Bolivar,
presiden Gran Kolombia dan Peru pada waktu itu dan Sucre, menentang kemerdekaan
Peru Atas, namun para pemimpin lokal baik mantan royalis seperti Casimiro
Olaneta (Jenderal Olaneta), dan para pejuang lainnya mendukung kemerdekaan
Bolivia. Maka pada tanggal 6 Agustus 1825 Sucre menyatakan Deklarasi
Kemerdekaan Peru Atas di kota yang sekarang menyandang
namanya dan mengangkat Bolivar sebagai “Bapak Peru Atas”. Kemudian untuk
mengenang jasa-jasa Bolivar, pada tanggal 25 Agustus 1825 negara Peru Atas
diubah menjadi “Bolivia”.
Sejak saat itu, para elit lokal mendominasi kongres dan meskipun mereka
mendukung pemerintahan Sucre namun tetap terjadi insiden yang berupaya untuk
menggulingkan kekuasaan Sucre. Pada bulan
April 1828, Sucre mengundurkan diri dari jabatan presiden Bolivia dan
kembali ke Venezuela. Setelah pengunduran Sucre, para elit lokal mengadakan
kongres di La Paz dan dipilih Andres de Santa Cruz presiden baru Bolivia.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan
bahwa:
v Republik
Bolivia adalah sebuah negara di Amerika
Selatan yang
berbatasan dengan Brasil di sebelah utara dan timur, sedangkan bagian selatan
berbatasan dengan Paraguay dan Argentina, serta bagian barat berbatasan dengan Chili dan Peru.
v Luas wilayah Bolivia sekitar 424.135
mil² (1.098.581 km². Dengan demikian Bolivia adalah negara terbesar ke-28
(setelah Ethiopia). Ukurannya sama seperti Mauritania.
v Etnis di Bolivia diperkirakan 30%
Amerindian berbahasa Quechua dan 25% Amerindian berbahasa Aymara. Sisanya 30% adalah Mestizo (campuran Eropa dan Amerindian),
dan sekitar 15% orang berkulit
putih. Kelompok
kecil lainnya yang menghuni negara Bolivia diantaranya adalah orang Jerman, orang Italia, Amerika, Basque, Kroasia, Rusia, Polandia, dan penduduk yang lainnya. Terdapat juga penduduk Afro-Bolivia
yang berjumlah lebih dari 0,5%.
v Bolivia merupakan negara termiskin
di Amerika Selatan setelah Guyana, meskipun memiliki ladang gas terbesar di
dunia.
v Sebelum kedatangan Colombus wilayah Bolivia
telah dihuni oleh suku Indian pertama yaitu Tiahuanacan. Setelah imperium
Tiahuanacan runtuh muncul berbagai etnis seperti Aymara, Uru, Quechua dan Inca.
v Setelah kedatangan bangsa Spanyol suku Inca
berhasil ditaklukan dibawah pimpinan Francisco Pizarro dan mulai saat itu
bangsa Spanyol menguasai wilayah kekuasaan Inca termasuk Bolivia.
v Perjuangan kemerdekaan Bolivia dipelopori
oleh Ramon Garcia Leon de
Pizarro (kaum konserfatif), Pedro Domingo Murillo ( Criollos radikal ), Pedro
Antonio de Olaneta, dan Simon Bolivar.
B.
Saran
Kami menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu
saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk penulisan makalah
yang lebih baik lagi. Penulis juga menyarankan agar penulisan makalah ini tidak
hanya dijadikan pajangan semata melainkan dapat dijadikan sebagai sumber
pengetahuan dan menambah wawasan bagi para pembaca.
DAFTAR
PUSTAKA
Hidayat Mukmin. (1981).
Pergolakan Di Amerika Latin dalam
Dasawarsa Ini. Jakarta: Ghalia Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar